Oleh: Hassah Glen Fadly Toding
Di pangkuan Luwu, mentari berbisik lembut,
Merambati lembah, membelai puncak bukit yang larut.
Jejak zaman terukir di batu abadi,
Membangkitkan rindu dalam sunyi abadi.
Hutan yang pekat dan samudra yang megah,
Menyimpan elegi darah di antara gelombang resah.
Parang dan tombak menari di tangan berani,
Demi tanah leluhur, demi jiwa yang murni.
Angin mengusung pesan leluhur nan pilu,
Tentang janji yang tertanam di langit biru.
Di bawah hujan peluru, mereka teguh berdiri,
Melawan gelap dengan nyala tak terganti.
Oh Luwu, ranah yang permai dan abadi,
Namun di relungmu, bara tak henti menyeri.
Semangat yang berkobar bagai nyala bintang,
Mengukir harapan di langit yang gemilang.
Kini perjuanganmu tiada lagi bersimbah darah,
Namun bertunas di sawah, di mimbar, di dewan marwah.
Membangun peradaban dari serpihan sejarah,
Agar generasi setia menggenggam cinta yang megah.
Wahai Luwu, ibu dari segala rasa,
Engkaulah bait doa di malam yang membekap asa.
Kami ukir namamu di palung jiwa,
Demi pagi yang cemerlang, demi surya yang bertahta.
Hassah Glen Fadly Toding, mahasiswa semester 7 di Universitas Negeri Makassar. Lahir di Angkona pada 16 Desember 2003. Pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas diselesaikan di Angkona.
Kini, di bangku perkuliahan, Hasah terus mengembangkan potensi diri, baik dalam bidang akademik maupun non-akademik. Dirinya meyakini bahwa setiap langkah yang diambil merupakan bagian dari usaha untuk membanggakan keluarga, masyarakat Angkona, serta memberi manfaat bagi sekitar.