Oleh: Novelliny Arishta M
Di tanah ini, darah telah berbicara,
Setiap jengkalnya menyimpan luka dan doa.
Gunung berdiri bagai saksi bisu,
Menyimak derap langkah para pejuang tangguh.
Teluk Bone berbisik lembut di malam sunyi,
Mengirim gelombang cerita dari abad yang pergi.
Luwu, engkau bukan hanya tanah dan batu,
Kau adalah jiwa yang menghidupkan waktu.
Di lembah dan puncak, teriakan menggema,
Leluhur menantang takdir dengan bara.
Pedang mereka tajam, namun hati lebih tegar,
Berperang bukan hanya dengan senjata, tetapi dengan sabar.
Anak-anakmu lahir dari keringat petani,
Dibimbing doa oleh leluhur yang abadi.
Mereka tahu, tanah ini tak sekadar pusaka,
Ia adalah darah, ia adalah cinta.
Oh, Tana Luwu, tanah para pemberani,
Tak gentar walau badai menghantam pagi.
Langitmu biru, namun perjuangan tak selalu terang,
Ada luka yang kau pendam dalam senyap dan tenang.
Kini, dengarlah suaramu sendiri bergema,
Menggetarkan jiwa generasi yang ada.
Mereka bangkit, tak membiarkan api padam,
Melanjutkan warisan, melawan gelap yang kelam.
Tana Luwu, pusaka jiwa yang tak terganti,
Namamu tertulis di hati yang mencintai.
Selamanya hidup, selamanya juang,
Engkau adalah nyala, cahaya di sepanjang zaman.
Novelliny Arishta Mutya, akrab disapa Evelyn, adalah mahasiswa Sastra Inggris di Universitas Negeri Makassar, sosok yang tidak hanya mendalami dunia akademik dengan penuh dedikasi, tetapi juga aktif dalam berbagai organisasi yang membantunya mengembangkan diri, baik secara personal maupun profesional. Sebagai anggota aktif AIYA (Australian Indonesian Youth Association), Evelyn telah berkontribusi dalam berbagai kegiatan yang menjembatani hubungan antarbudaya, memperkaya pengalaman dan perspektifnya tentang dunia internasional.