MAKASSAR – Lomba Cipta Puisi Wija to Luwu (LCP WTL) dalam rangka Semarak Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke-79 dan Hari Ulang Tahun (HUT) KKLR ke-69 tahun 2025, telah berakhir.
Tim juri yang terdiri atas 3 orang berpengalaman di bidangnya sudah merampungkan penilaian terhadap 23 karya puisi yang masuk ke email panitia.
Hanya saja, dari 23 naskah yang masuk, 10 diantaranya harus ditolak oleh panitia karena terbukti dibuat menggunakan ChatGPT. Hal ini juga telah dikonfirmasi langsung kepada yang bersangkutan.
PEMENANG LOMBA
Berikut adalah pemenang Lomba Cipta Puisi WTL 2025:
- Juara 1: Novelliny Arishta M, judul puisi: Tana Luwu, Nyala Tak Pernah Redup
- Juara 2: Laode Muhammad Affan, judul puisi: Darah Bumi Batara Guru
- Juara 3: Hassah Glen Fadly Toding, judul puisi: Epik Wija To Luwu
- Harapan 1: Iin Kurnia, judul puisi: Januari Bersejarah di Bumi Sawerigading
- Harapan 2: Agung, judul puisi: Ombak Gelora, Api di Bumi Luwu Raya
- Harapan 3: Afdol Rusli, judul puisi: Tanah Luwu
APRESIASI KKLR SULSEL
Sebagai bentuk apresiasi, BPW KKLR Sulawesi Selatan akan memberikan apresiasi kepada para pemenang, antara lain:
- Juara 1: Uang tunai Rp. 750.000 + Sertifikat
- Juara 2: Uang tunai Rp. 550.000 + Sertifikat
- Juara 3: Uang Tunai Rp. 350.000 + Sertifikat
- Harapan 1: Uang Tunai Rp. 175.000 + Sertifikat
- Harapan 2: Uang Tunai Rp. 125.000 + Sertifikat
- Harapan 3: Uang Tunai Rp. 100.000 + Sertifikat
Sejumlah naskah puisi yang lolos hingga ke penjurian tahap akhir ini akan diterbitkan dalam buku kumpulan esai dan puisi: “LUWU RAYA, Spirit Bangsa Pejuang”.
PROFIL SINGKAT JURI
Berikut adalah profil singkat 3 tim juri Lomba Cipta Puisi WTL 2025:
Dewi Hastuty Sjarief, penulis puisi, pekerja seni dan aktifis perempuan muslim di Makassar. Karya puisinya termaktub dalam buku “9 Pengakuan; Seuntai kidung Mahila” (2011) diterbitkan oleh Komunitas Mahila, kumpulan puisi “Wasiat Cinta” (2013) dan kumpulan puisi perempuan Indonesia Timur: ”Isis dan Musim-musim” (2014) diterbitkan Mimbar Penyair Makassar. Puisi-puisi lepasnya diterbitkan melalui www.dhs.web.id.
Sinar Mentari, presenter TV dan host acara di media Kabar Makassar, penulis novel Delapan Detik Setelah Senja (2018), dan Catatan Akhir Jahaliah (2018). Peraih Juara 1 Lomba Cipta Baca Puisi tahun 2013 tingkat Provinsi Sulawesi Selatan. Sampai sekarang ia masih aktif menulis.
Rismayanti, penulis dan pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Hasanuddin. Ia bergabung dengan Puan Seni (Perkumpulan Jaringan Seni Perempuan) dan KM10 School. Selain menulis cerpen, ia juga menulis puisi dengan nama pena Risya Marennu. Karya perdananya adalah kumpulan cerpen berjudul Lipstik yang Berdarah (2022). Hingga kini, ia masih aktif menulis karyanya di sejumlah media.
Ketiga juri ini merupakan Wija to Luwu asli.
Makassar, 28 Februari 2025
Ifan Pupuh Pratama (Koordinator LCP WTL 2025)